Mediatamanews|Buton Tengah – Riuh rendah warga menyambut kedatangan Pj Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Komjen Pol Andap Budhi sesaat tiba di Kantor Lama Bupati Buton Tengah, Buton Tengah, Sultra pada Jumat (19/4/2024).
Mantan Kapolda Sultra itu disambut dengan upacara adat penyambutan sekaligus pemberian gelar ‘Kolakino Liwu Pancana’ oleh Lembaga Adat Buton Tengah.
Gelar bangsawan yang bermakna ‘Bangsawan paling dimuliakan di Negeri Pancana’ itu diberikan merujuk Undang-Undang Martabat Kesultanan Buton.
Dalam peraturan tersebut disebutkan seseorang berhak dianugerahi Kolakino Liwu Pancana karena telah menghadirkan keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat Buton.
Satu di antaranya penyelesaian konflik antar pendukung dalam kontestasi politik di Buton Tengah ketika Komjen Pol Andap Budhi menjabat Kapolda Sultra.
Peristiwa yang terjadi 7 tahun silam, tepatnya 7 Februari 2017 itu berhasil diselesaikan lewat prinsip keadilan restoratif atau restorative justice, sehingga konflik dapat diredam.
Penganugerahan gelar adat Kolakino Liwu Pancana kepada Komjen Pol Andap Budhi ditandai dengan pemasangan kampurui oleh La Gu selaku Parabela Sara Bombona Wulu Buton Tengah.
Selain itu dilakukan pemasangan keris oleh La Andi selaku Parabela Sara Wasilomata Buton Tengah, dan penyerahan tongkat oleh La Musa selaku Parabela Sara Lakudo Buton Tengah.
Acara adat tersebut dihadiri oleh Pj Bupati Kabupaten Buton Tengah Andi Muhammad Yusuf, Ketua DPRD Bobi Ertanto, Sekda Kabupaten Buton Tengah Kostantinus Bukide.
Selanjutnya Dandim Buton Tengah Letkol Inf. Ketut Janji, Ketua Pengadilan Tk, Pimpinan Tinggi Pratama Pemprov Sultra, serta Camat dan Lurah se-Kabupaten Buton Tengah.
“Tidak pernah terbayangkan, pada hari ini saya kembali ke Lakudo untuk menerima anugerah gelar adat dari Ketua Lembaga Adat dan anggota Perangkat Lembaga Adat Kabupaten Buton Tengah atas keadilan restoratif yang saya inisiasi tujuh tahun lalu,” ungkap Andap.
“Jujur saya sampaikan, saya pertimbangkan berulangkali apakah saya pantas mendapat gelar adat ‘Kolakino Liwu Pancana’. Rasanya masih jauh dari optimal pengabdian yang saya lakukan di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara tercinta, apalagi dalam kapasitas saya selaku Pj Gubernur Sultra,” tambahnya.
Andap mengaku terhormat atas anugerah gelar adat tersebut.
Andap mengutip falsafah Buton, yaitu: Yinda-Yindamo Arataa Somanamo Karo (Harta Rela Dikorbankan Demi Keselamatan Diri), Yinda-Yindamo Karo Somanamo Lipu (Diri Rela Dikorbankan Demi Keselamatan Negeri).
Selanjutnya, Yinda-Yindamo Lipu Somanamo Sara (Biarkan Negeri Hancur Asal Pemerintah/Adat Selamat), Yinda-Yindamo Sara Somanamo Agama (Biarkan Pemerintah/Adat Hancur Asal Agama Tetap Selamat).
“Keempat falsafah tersebut merupakan implementasi dari Bhinci-Bhinciki Kuli, yaitu apabila mencubit diri sendiri terasa sakit, maka jangan lakukan hal serupa kepada orang lain,” ungkap Andap.
“Insya Allah, gelar ini merupakan jalan perubahan atas pembangunan Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Buton Tengah,” jelasnya.(Ian Rasya)