Mediatamanews|Jember – Sebagai seorang praktisi Perhotelan dan Pariwisata di Indonesia, Jeffrey Wibisono V, patut mengapresiasi Pulau Bali yang memberi kesempatan saya untuk tumbuh dan berkembang di industri jasa layanan dinamis ini. Dengan hasil kinerja yang konsisten dan tak berkesudahan, saya “punya nama” sebagai praktisi sales & Marketing Perhotelan di Bali —salah satu pusat pariwisata dunia—, seorang profesional berlabel namaku brandku. Label, wujud utuh dari misi imagination, dedication and passion.
Dalam tiga tahun terakhir saya bekerja dan tinggal di Kabupaten Jember Jawa Timur. Di Kota Cerutu ini, saya mendapat tambahan ilmu, memperuncing praktek perhotelan dan pariwisata, bersentuhan dengan konsep pentahelix. Jember destinasi warm weather, warm people, masyarakat santun dengan kultur Pandalungan, didukung alam yang masih natural asri. Daya jual Jember adalah kekunoan-nya, industri peninggalan zaman kolonialnya masih aktif produktif,—big plantations,— plus aktifitas adventure —petualangan di alam bebas— dan rekreasi ekstrim sampai rekreasi kelas aman-nyaman untuk keluarga.
Saat ini saya merasa terpanggil untuk berbagi pemikiran dan pengalaman, terutama dalam menyelaraskan kearifan lokal Jawa —kaya perspektif global–, sebagai panduan “tambahan” bagi mereka yang ingin sukses di dunia hospitality.
Kearifan Lokal yang Abadi
Pitutur Jawa mengajarkan kita untuk senantiasa eling lan waspada (selalu ingat dan waspada) dalam setiap langkah kehidupan. Filosofi ini sangat relevan di dunia perhotelan, di mana perhatian terhadap detail dan kepekaan terhadap kebutuhan tamu adalah kunci.
Contoh, seorang hotelier yang sukses tidak hanya fokus pada pelayanan teknis, juga pada nuansa emosional dan pengalaman yang ditawarkan kepada tamu.
Dalam konteks ini, saya selalu mengingatkan diri saya sendiri:
“Small details make big differences.”
Ketika kita memberikan perhatian pada hal-hal kecil, seperti menyapa tamu dengan senyuman tulus atau memastikan kamar mereka benar-benar bersih, rapi, komplit, nyaman, itu adalah langkah-langkah kecil menuju kesempurnaan pelayanan. Keseimbangan lokal dan global dalam mengintegrasikan nilai-nilai luhur Jawa menjadi pendekatan unik untuk memberikan pelayanan terbaik di industri perhotelan dan pariwisata Indonesia.
Menghubungkan Etika Jawa dengan Etika Global
Adab dan tingkah laku dalam budaya Jawa, seperti prinsip andhap asor (rendah hati) dan tepa selira (tenggang rasa), memiliki relevansi universal. Di industri perhotelan, sikap rendah hati menciptakan hubungan harmonis, baik dengan tamu maupun rekan kerja. Sikap ini juga mendukung keberlanjutan karier seseorang dalam lingkungan yang kompetitif.
Secara global, sebagaimana kata pepatah Inggris:
Humility is not thinking less of yourself, but thinking of yourself less.
Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri, tetapi menempatkan kebutuhan orang lain sebagai prioritas. Kerendahan hati sebagai kunci kesuksesan.
Prinsip andhap asor dan pepatah seperti humility is not thinking less of yourself, but thinking of yourself less, menunjukkan bagaimana budaya lokal Jawa dapat mendorong terciptanya hubungan harmonis dengan tamu dan rekan kerja.
Motivasi untuk Generasi Baru
Generasi Milenial, Gen Z, dan Alpha yang memasuki industri ini, perlu memiliki landasan motivasi kepatutan kerja. Memahami bahwa sukses tidak diraih hanya melalui ambisi besar, tetapi juga melalui konsistensi dalam menjalankan nilai-nilai luhur komunitas setempat.
Dalam petatah-petitih Jawa, ada ungkapan alon-alon asal kelakon (pelan-pelan asal terlaksana). Maknanya, keberhasilan memerlukan kesabaran dan ketekunan. Namun, dunia modern menuntut kecepatan “tanpa” mengorbankan kualitas. Oleh karena itu, saya menambahkan perspektif global nilai alon-alon asal kelakon;
Patience in planning, speed in execution.
Maksudnya, rencanakan dengan sabar dan matang, tetapi bertindaklah cepat dan tepat ketika waktunya tiba.
Konsistensi dan kesabaran dalam proses ungkapan alon-alon asal kelakon, digabungkan dengan pendekatan modern patience in planning, speed in execution memberikan arahan kepada generasi muda untuk tidak hanya bermimpi besar tetapi juga menjalankan langkah-langkah kecil yang terukur dan konsisten.
Etika Universal sebagai Fondasi
Etika universal, seperti kejujuran, integritas, dan kerja keras, tetap menjadi fondasi dalam membangun karier di industri perhotelan dan pariwisata. Dalam budaya Jawa, kita diajarkan untuk Oja Dumeh (jangan sombong karena jabatan atau kekuasaan). Prinsip ini mengingatkan kita bahwa kesuksesan sejati adalah hasil kerja keras dan kerendahan hati, bukan hasil dari status yang disandang.
Hasil penerapan etika Universal, tidak lekang oleh waktu dan sukses adalah hasil dari dedikasi, bukan status atau jabatan semata –Ojo Dumeh–.
Sebagai penutup, saya ingin berbagi refleksi, pesan inspiratif yang menggambarkan perpaduan filosofi Jawa dan motivasi global;
Ngandel lan ngandel, percaya pada kemampuan diri sendiri dan percaya pada proses, karena di sanalah terletak kekuatan sejati untuk sukses.
Pesan untuk generasi baru – Ngandel lan ngandel relevan dijadikan pedoman hidup bagi siapa pun yang ingin meniti karier di industri hospitality. Kepercayaan pada diri sendiri dan proses menjadi pondasi kuat untuk menghadapi tantangan dinamisasi industri ini.
Mari bersama-sama kita wujudkan dunia industri hospitality dan pariwisata Indonesia yang tidak hanya berkelas dunia, tetapi juga kaya akan nilai-nilai universal kearifan lokal, betapa pentingnya menyelaraskan kearifan lokal dengan perspektif global.
Semoga artikel ini menginspirasi banyak orang untuk terus mengembangkan diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, baik dalam skala lokal maupun global. Sukses selalu untuk Anda dalam membawa nama baik industri hospitality Indonesia ke tingkat dunia.^_^
Salam,
Jeffrey Wibisono V.
Praktisi Perhotelan dan Pariwisata